Kenapa Memberi Tip di Jepang Dilarang?

Sebagai rasa terimakasih atas pelayanan yang memuaskan pelanggan memberikan tip kepada pekerja ataupun pelayan. Tetapi di Jepang memberikan tip kepada pekerja atau pelayan dianggap tidak sopan. Kenapa itu bisa terjadi? yang seharusnya kita senang mendapatkan uang tambahan. 

Sebelum itu, sebenarnya apakah itu tip?

tip: persen (kepada pelayan restoran, pengangkat koper di bandar udara, pelayan hotel, dan sebagainya)
www.kbbi.web.id/tip

Uang tip adalah uang yang diberikan oleh konsumen kepada pemberi jasa sebagai tambahan dari harga yang telah dibayarkan. Pemberian uang tip kepada pelayan di restoran, sopir taksi, pengangkut barang atau tukang cukur rambut telah menjadi bagian dari budaya di berbagai negara (seperti misalnya di Amerika Serikat). Uang tip juga sering kali diberikan kepada pemandu dan sopir bus pariwisata. Di beberapa restoran, biaya jasa secara otomatis dikenakan kepada konsumen, dan biasanya biaya ini berupa persentase dari total harga. Jika dikenakan biaya jasa, uang tip tidak harus diberikan.
id.wikipedia.org/wiki/Uang_tip



Dalam banyak sumber di internet disebutkan berbagai alasan kenapa Jepang melarang dalam memberikan tip mulai dari dianggap tidak sopan, bentuk penghinaan sampai takut adanya unsur pemaksaan.

Tetapi dalam variety show Chiko-chan ni shikarareru! yang tayang pada tanggal 24-04-2020 dalam tajuk "Kenapa saat memakan hidangan Cina memakai meja putar?" yang dibahas oleh profesor Toki Masakazu dari universitas Edogawa mengklaim bahwa meja putar ditemukan di Jepang dan dalam bahasan itu juga dijelaskan budaya Cina yang masuk ke Jepang pada era meiji selain makanan dan fashion tetapi juga budaya kebiasaan memberi tip. Sebelum meja putar ditemukan dalam memakan masakan Cina dihidangkan dengan porsi yang besar. Sudah hal yang biasa pekerja(pelayan) bertugas untuk membagi-bagikannya ke seluruh pelanggan setelah itu pelayan diberikan tip sebagai bentuk terimakasih.
Pelayan sedang membagikan hidangan kepada pelanggan dengan piring yang lebih kecil
Tetapi kebiasaan itu akhirnya menjadi masalah sosial, muncul tempat makan yang tidak mengupah pekerjanya dengan alasan pekerja sudah dapat tip dari pelanggan jadi tidak perlu diberi upah.

Surat kabar yang terbit pada tanggal 12-01-1928
Pada era shouwa ke 5 (tahun 1930) sedang terjadi kemerosotan ekonomi tetapi masih terdapat tempat makan yang berbasis dari tip akibatnya banyak pelanggan yang merasa tidak puas akan hal itu hingga di koran maupun majalah termuat tuntutan penghapusan tip dari pembaca.
Surat kabar dan majalah yang terbit pada tahun 1931
menyuarakan penghapusan tip
Artikel itu selalu muncul hingga larangan tip diberlakukan. Sementara pada masa itu juga muncul tempat makan yang tidak perlu akan tip. Akibat dari penghapusan tip itu juga pelanggan yang biasanya dihidangankan oleh pelayan sekarang harus mengambilnya sendiri. Karena itulah ditemukannya meja putar.